BERITA UPDATE
ADVERTISEMENT

KPI Aceh: Pentingnya Literasi Digital Sejak Dini untuk Masyarakat Aceh

KPI Aceh: Pentingnya Literasi Digital Sejak Dini untuk Masyarakat Aceh
Logo KPI Aceh.

SUARANASIONAL.ID - Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh, Acik Nova, menyoroti perkembangan pesat media sosial di Aceh.

Dalam konteks masyarakat yang menerapkan syariat Islam, penggunaan media sosial harus tetap berlandaskan nilai-nilai khusus yang sesuai dengan norma lokal.

“Masyarakat harus menyadari bahwa walaupun memiliki akun pribadi, ada aturan dan nilai yang harus dipatuhi. Media sosial tidak bebas nilai, apalagi di Aceh,” ujar Acik Nova dalam wawancara dengan Pro 1 RRI Banda Aceh, Senin (20/1/2025).

Tantangan Literasi Digital di Aceh

Acik Nova menegaskan bahwa literasi digital merupakan salah satu tantangan besar di Aceh. Literasi digital tidak hanya tentang kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan untuk memilih dan memilah informasi yang relevan dan benar.

“Ketika literasi rendah, dampak negatif seperti ujaran kebencian, hoaks, hingga perundungan online semakin sulit dihindari,” katanya.

Ia menyarankan agar edukasi literasi digital dimulai sejak dini, melibatkan keluarga, sekolah, dan komunitas.

“Pengguna media sosial harus memahami aturan dan risiko yang ada. Edukasi ini harus dimulai dari rumah, sekolah, hingga komunitas,” lanjutnya.

Risiko Adiktif Media Sosial

Acik juga mengingatkan bahwa media sosial memiliki sisi negatif yang perlu diperhatikan, terutama sifat adiktifnya. Hal ini menjadi perhatian khusus karena banyak generasi muda yang terjebak dalam penggunaan berlebihan, sehingga sulit membedakan informasi yang benar dengan hoaks.

“Kecanduan ini menjadi perhatian utama, apalagi peserta didik sekarang sering sulit membedakan informasi yang benar dan hoaks karena kurangnya kecakapan literasi digital,” jelasnya.

Manfaat Positif Media Sosial

Meskipun memiliki tantangan, Acik Nova menilai media sosial juga membawa banyak manfaat jika digunakan secara bijak. Media sosial dapat menjadi sarana untuk memperluas jaringan, berinteraksi, serta mengembangkan kreativitas dan bisnis.

“Media sosial memudahkan interaksi, membuka jaringan lebih luas, serta memberikan ruang untuk berekspresi dan mengembangkan bisnis. Misalnya, konten-konten berbagi yang kini viral, seperti yang dilakukan oleh tiktoker asal Malaysia, dapat menjadi inspirasi positif,” tambahnya.

Pentingnya Pengawasan dan Tanggung Jawab

Acik juga menyoroti perbedaan kontrol antara media tradisional seperti radio dan televisi dengan media sosial. Media tradisional tunduk pada Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang diawasi oleh KPI. Sebaliknya, media sosial tidak memiliki pengawasan serupa, sehingga tanggung jawab penggunaan sepenuhnya berada di tangan masyarakat.

“Radio dan televisi diatur oleh Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang diawasi oleh KPI. Namun, media sosial tidak memiliki kontrol serupa, sehingga masyarakat harus lebih bertanggung jawab dalam menggunakannya,” jelas Acik Nova.

Dengan meningkatkan literasi digital, masyarakat Aceh diharapkan mampu menghadapi tantangan era digital tanpa mengesampingkan nilai-nilai agama dan budaya lokal.

slot

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT