Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca
Advertisement

Rupiah Terancam Tembus Rp17.000 per Dolar AS, BI Siapkan Jurus Jitu

Rupiah Terancam Tembus Rp17.000 per Dolar AS, BI Siapkan Jurus Jitu
Ilustrasi. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

SUARANASIONAL.ID — Nilai tukar Rupiah terus berada di bawah tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan terbaru, Rupiah tercatat melemah 64,5 poin atau sekitar 0,39 persen ke posisi Rp16.749 per USD. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pada awal bulan depan Rupiah terancam tembus Rp17.000 per dolar AS.

Menghadapi situasi ini, Bank Indonesia (BI) memastikan kesiapan penuh dalam menjaga stabilitas nilai tukar.

Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa pihaknya menggunakan seluruh instrumen yang tersedia untuk mengantisipasi pelemahan lebih lanjut.

“Bank Indonesia menggunakan seluruh instrumen yang ada secara bold, baik di pasar domestik melalui instrumen spot, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder, maupun di pasar luar negeri di Asia, Eropa, dan Amerika secara terus-menerus, melalui intervensi NDF," kata Perry Warjiyo, Jumat (26/9/2025).

Perry menambahkan, BI percaya bahwa langkah yang dilakukan akan mampu menahan gejolak dan mengembalikan nilai tukar Rupiah sesuai fundamentalnya.

"Bank Indonesia juga mengajak seluruh pelaku pasar untuk turut bersama-sama menjaga iklim pasar keuangan yang kondusif, sehingga stabilitas nilai tukar Rupiah dapat tercapai dengan baik," lanjutnya.

Proyeksi anjloknya rupiah ke Rp17.000/USD

Sementara itu, Pengamat Pasar Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai pelemahan Rupiah kali ini cukup signifikan. Ia memprediksi peluang Rupiah untuk jatuh ke Rp17.000 per dolar AS pada Oktober sangat terbuka, jika level Rp16.800 berhasil ditembus.

"Pagi ini Rupiah terus mengalami pelemahan 74 poin. Rupiah melemah di Rp16.758. Kalau seandainya tembus di level Rp16.800, ada harapan bahwa dalam bulan Oktober, Rupiah tembus di level Rp17.000. Itu sangat mungkin sekali terjadi," ungkap Ibrahim dalam keterangannya, Kamis (25/9/2025).

Faktor eksternal dan internal yang menekan rupiah

Ibrahim menjelaskan, pelemahan Rupiah kali ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor eksternal maupun internal. Dari luar negeri, tensi geopolitik kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan pernyataan keras terhadap Rusia dalam sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Trump memperingatkan negara-negara Eropa agar tidak membeli minyak dari Rusia dan bahkan membuka wacana sanksi baru terhadap energi. Walau belum ada keputusan resmi, ancaman tersebut cukup mengguncang pasar global.

Selain itu, serangan drone Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia semakin memperburuk situasi. Desakan Ukraina bersama NATO agar Rusia menarik diri dari Crimea, Donetsk, dan Luhansk juga membuat perdamaian terasa semakin jauh dari harapan.

Dampaknya, Indeks Dolar (DXY) melonjak mendekati 97,850, yang otomatis memberi tekanan besar terhadap Rupiah.

Di dalam negeri, Ibrahim menyoroti penolakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa terhadap wacana tax amnesty. Menurutnya, kebijakan tersebut justru sangat ditunggu pasar dalam kondisi sulit seperti sekarang.

"Dulu pada saat pemerintahan Jokowi di bawah Kementerian Keuangan Sri Mulyani ada tiga kali melakukan tax amnesty dan itu disambut positif oleh pasar," jelas Ibrahim.