Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca
Advertisement

Viral Ulama Iran Janjikan Hadiah Rp184 Miliar Bagi yang Bisa Bawa Kepala Donald Trump, Pemerintah Iran Masih Bungkam

Viral Ulama Iran Janjikan Hadiah Rp184 Miliar Bagi yang Bisa Bawa Kepala Donald Trump
Presiden AS, Donald Trump. (Dok. Ist)

SUARANASIONAL.ID — Pernyataan mengejutkan datang dari seorang ulama senior Iran, Mansour Emami, yang secara terbuka mengumumkan sayembara berhadiah fantastis bagi siapa pun yang bisa membawa kepala Donald Trump, Presiden Amerika Serikat.

Hadiah yang ditawarkan mencapai 1,14 juta dolar AS atau sekitar Rp184,9 miliar, menjadi sorotan tajam dunia internasional.

Pernyataan tersebut dilaporkan oleh Iranian International, media oposisi berbasis di Inggris, serta kantor berita pemerintah Iran, Hawzah, pada Jumat (11/7/2025).

Dalam pernyataannya, Emami menyebut Trump sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas berbagai aksi militer terhadap Iran.

“Trump harus membayar harga atas agresi yang dilakukannya terhadap Republik Islam Iran,” kata Emami dalam laporan Iran International yang dikutip oleh Newsweek.

Ulama tersebut diketahui menjabat sebagai pejabat negara di Provinsi Azerbaijan Barat. Seruannya memicu gelombang reaksi keras dari berbagai pihak, mengingat ia bukan sekadar warga sipil, melainkan tokoh yang memiliki posisi dalam struktur pemerintahan lokal.

Balas dendam atas Soleimani

Latar belakang dari ancaman ini diyakini sebagai bagian dari pembalasan emosional terhadap keterlibatan Trump dalam serangan drone yang menewaskan komandan Pasukan Quds IRGC, Qasem Soleimani, pada 2020. Kematian Soleimani hingga kini masih menjadi luka diplomatik mendalam dalam hubungan Iran dan AS.

Emami menyebut Trump sebagai dalang atas kematian ribuan warga Iran, dan menganggap tindakan balasan seperti ini sebagai bentuk “kewajiban moral dan simbolis” terhadap pelaku agresi.

Meskipun belum bisa dipastikan apakah pernyataan ini merepresentasikan sikap resmi pemerintah Iran, banyak pihak khawatir hal ini akan semakin memperburuk citra Iran di dunia internasional. Terlebih di tengah upaya rekonsiliasi dan diplomasi antara kedua negara yang masih rapuh.

Ketegangan memuncak pasca konflik Israel-Iran

Dalam beberapa pekan terakhir, ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat meningkat drastis menyusul pecahnya konflik militer antara Iran dan Israel yang berlangsung selama 12 hari.

Dalam periode tersebut, pemerintahan Trump diketahui telah meluncurkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir Iran, yang diklaim sebagai upaya untuk menghentikan ambisi nuklir Teheran.

Langkah ini menuai respons keras dari Iran dan memperparah ketegangan yang selama ini sudah tegang akibat berbagai sanksi dan konflik politik.

Iran masih bungkam, dunia bereaksi

Hingga artikel ini ditulis, Kementerian Luar Negeri Iran belum memberikan tanggapan resmi atas pernyataan Mansour Emami.

Namun sebelumnya, Presiden Iran Masoud Pezeshkian sempat menanggapi fatwa serupa dari ulama Ayatollah Naser Makarem Shirazi.

Ia menegaskan bahwa seruan semacam itu “tidak terkait dengan pemerintah Iran atau Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.”

Pernyataan Emami pun langsung mendapat kecaman luas dari komunitas internasional. Berbagai lembaga HAM dan pemerintah Barat mengecam tindakan tersebut sebagai seruan kekerasan yang bertentangan dengan hukum internasional dan norma diplomatik.

AS tuduh Iran percepat program nuklir

Di sisi lain, pemerintahan AS menuding Iran tengah mempercepat pengayaan uranium dan memperkuat program nuklirnya. Tuduhan ini menjadi dasar kuat bagi keterlibatan militer AS dalam membantu Israel menyerang beberapa fasilitas penting milik Iran.

Meski kini kedua belah pihak telah menandatangani kesepakatan gencatan senjata pasca konflik Israel-Iran, namun situasi geopolitik di kawasan masih sangat rapuh dan mudah meledak kembali.

Pernyataan Emami hanya menjadi satu dari sekian banyak sinyal berbahaya bahwa ketegangan Iran-AS masih jauh dari kata reda.