Ilustrasi. Ancaman kesehatan bagi pecandu gadget, salah satunya dikenal dengan istilah "leher teknologi". |
SUARANASIONAL.ID - Ketergantungan pada perangkat digital yang semakin meningkat selama pandemi Covid-19, telah memicu masalah kesehatan baru bagi banyak orang. Salah satunya adalah sindrom leher teknologi, atau tech neck.
Jonathan Wu, seorang pekerja kantoran asal Singapura, menjadi salah satu korbannya. Kebiasaan buruk menjepit ponsel di antara leher dan bahu selama berjam-jam telah membuatnya menderita nyeri leher yang parah, bahkan membuatnya sulit untuk bekerja.
"Saya mulai mengembangkan kebiasaan buruk dengan menjepit ponsel di antara leher dan bahu saat bekerja, membuat leher saya dalam posisi miring yang tidak alami untuk waktu yang lama," ungkap Wu, menggambarkan awal mula masalah yang dialaminya.
Sindrom leher teknologi
Sindrom leher teknologi adalah kondisi yang muncul akibat posisi kepala yang terlalu menunduk dalam waktu lama saat menatap layar gadget.
Gejala umum yang ditimbulkan antara lain nyeri leher kronis, kekakuan otot, dan sakit kepala. Kondisi ini tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga dapat berdampak pada kualitas hidup seseorang.
Para ahli kesehatan mengamati peningkatan signifikan pada jumlah pasien dengan keluhan tech neck, terutama di kalangan generasi muda.
Dr. Kwong Seh Meng, Direktur Medis DR+ Medical & Paincare East Coast, mengungkapkan bahwa sebelum pandemi, pasien dengan keluhan serupa umumnya berusia 40-an. Namun, kini semakin banyak pasien berusia 20-an hingga 30-an yang datang dengan keluhan yang sama.
Pentingnya mengubah gaya hidup
Wu berhasil pulih dari nyeri lehernya setelah menjalani serangkaian perawatan medis, termasuk terapi plasma kaya trombosit dan suntikan. Namun, ia juga menekankan pentingnya mengubah gaya hidup untuk mencegah masalah serupa terulang.
"Pengalaman ini menyadarkan saya bahwa stres dan postur tubuh yang buruk dapat berdampak besar pada kesehatan leher dan punggung," ujarnya.
Dilansir dari laman pafipckarangasem.org, untuk mencegah terjadinya sindrom leher teknologi, beberapa langkah sederhana dapat dilakukan, seperti:
Memperbaiki postur tubuh: Saat menggunakan gadget, pastikan posisi kepala tegak dan bahu rileks.
Istirahat secara berkala: Beri waktu istirahat untuk mata dan leher setiap 20-30 menit.
Melakukan peregangan: Lakukan peregangan leher dan bahu secara rutin untuk mengurangi ketegangan otot.
Berolahraga: Olahraga secara teratur dapat membantu memperkuat otot leher dan punggung.
Meski era digital telah memberikan banyak kemudahan bagi manusia, namun sekaligus membawa ancaman nyata bagi kesehatan.
Sindrom leher teknologi adalah salah satu contoh nyata bagaimana penggunaan gadget yang berlebihan dapat berdampak negatif pada tubuh.
Dengan kesadaran dan upaya bersama, kita dapat mencegah masalah ini dan menikmati manfaat teknologi tanpa harus mengorbankan kesehatan.