 |
| Kepala BPN Jaktim Sudarman Harjasaputra dan istrinya dipanggil KPK terkait kasus flexing harta kekayaan. (Dok. detikcom) |
SUARA NASIONAL - Imbas dari pamer harta kekayaan atau flexing di internet, membuat Kepala Kantor Pertanahan (BPN) Kota Administrasi Jakarta Timur (Jaktim), Sudarman Harjasaputra dicopot dari jabatannya.
Hal itu diketahui usai istri Sudarman ketahuan kerap memamerkan harta kekayaan di ruang digital secara publik.
Tak hanya dicopot dari jabatannya, Sudarman beserta istrinya juga dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk dimintai klarifikasi perihal asal-usul kekayaannya.
Sudarman dan istrinya bahkan sampai menjalani 10 jam pemeriksaan di hadapan KPK pada Rabu (22/3/2023).
Kabar pencopotan Sudarman sebagai Kepala Kantor BPN Jaktim dikonfirmasi oleh Kepala Biro Humas Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Yulia Jaya Nirmawati.
"Betul (dicopot karena istrinya kerap flexing)," jelas Yulia singkat membenarkan kabar pencopotan Sudarman.
Yulia juga menjelaskan pihak Kementerian ATR/BPN menghormati proses hukum yang berlaku bagi Sudarman dan istrinya.
“Untuk memudahkan proses pemeriksaan yang dilakukan, yang bersangkutan telah dibebastugaskan dari jabatan,” jelas Yulia.
Yulia juga mengingatkan sejumlah pejabat di lingkungan Kementerian ATR/BPN untuk mematuhi arahan Menteri ATR/BPN Hadi Tjahjanto untuk tidak melakukan aksi flexing atau memamerkan harta kekayaan serta gaya hidup bermewah-mewahan.
"Pak Menteri juga meminta agar jajaran Kementerian ATR/BPN dapat membudayakan pola hidup sederhana, dimulai dari diri sendiri dan keluarga,” ucapnya.
Sebelumnya, Kepala Kantor BPN Jaktim Sudarman menjadi sorotan publik setelah kedapatan kerap memamerkan gaya hidup mewah ke hadapan publik melalui media sosialnya.
Adapun beberapa contoh kegiatan yang menjadi sorotan itu seperti jalan-jalan ke luar negeri dengan menggunakan pesawat kelas utama.
Dihimpun dari Kompas.com, Rabu (22/3/2023), total kekayaan Sudarman mencapai RP 14,7 Miliar. Termasuk kepemilikan aset properti berupa tanah dan bangunan berukuran 387 meter persegi/250 meter persegi di Jakarta Selatan senilai Rp 5,39 miliar.
